Surga-Neraka Kepala Daerah

TVMU.TV - Pesta baru saja usai, ada yang sedih karena dirinya tidak terpilih. Tapi ada yang bahagia, sumringah bahkan jumawa,karena dipercaya rakyat melangkah ke kursi kekuasaan. Sebagian yang tidak terpilih, mungkin dibayangi penyesalan, karena isi tasnya tidak cukup untuk belanja suara. Pun yang terpilih, bukan tidak mungkin sudah cemas dan was-was, bagaimana cara membayar jasa bagi mereka yang telah memodali, dan menyumbang pundi-pundi. ini semua terjadi, karena sistem pemilihan pemimpin di negeri ini, teramat sangat mahal, menguras sumber daya, tidak sekedar tenaga, tapi biaya yang tidak terkira.Jual-beli suara, vote buying, dalam politik kita sudah menjadi budaya, sebagaimana korupsi yang telah mendarah-daging.
Sudah jamak terdengar, tidak saja sayup-sayup melainkan lantang menggema, mereka yang hendak berlaga tidak cukup mengandalkan kompetensi dan meritokrasi, kapasitas dan kapabilitas semata, melainkan harus memiliki isi tas, alias uang bertas-tas, puluhan bahkan ratusan miliar. Tidak semua kandidat, memiliki modal bertas-tas, tetapi bohir politik siap menggelontorkan uang, secara lunas. Jika demikian adanya, tidak bisa dimungkiri, para kepala daerah terpilih, bukan saja disandera utang budi belaka, melainkan pasti memberi konsesi yang berlipat-lipat, hingga menerabas norma-norma hukum. Tidak ada makan siang gratis, melainkan kepentingan ekonomi-politik pada akhirnya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Profesor Doktor Haedar Nashir mengingatkan, para kepala daerah yang terpilih, agar berjiwa negarawan, yang mengutamakan kepentingan rakyat, ketimbang kepentingan diri sendiri, dan kroni. Mengutip seruan moral Haedar Nashir, kita semua ingin ada ekosistem politik baru, yaitu para kepala daerah terpilih betul-betul berjiwa negarawan, berjiwa pahlawan yang mengutamakan kepentingan rakyat, di atas segala-galanya. Semua kepala daerah terpilih harus berikrar selesai dengan dirinya sendiri. Segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan, termasuk korupsi, pada lazimnya bermula dari pejabat publik yang belum selesai dengan dirinya. Terlebih jika banyak utang yang harus dibayar dari dukungan politik yang telah diraihnya.
Seruan moral Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Profesor Haedar Nashir itu, bukan tanpa sebab, bahkan tidak saja sekedar kritik dan saran semata, melainkan sebagai nasihat, atau bahkan kritik sosial yang menyengat. Yang didasarkan pada realitas kelemahan sistem dan pola rekrutmen kepemimpinan politik di negeri ini. Jika tidak diingatkan terus-menerus dengan gigih, maka budaya jalan pintas, kolusi dan nepotisme serta menisbikan azas meritokrasi, bakal dinormalisasi, dilazimkan, dan bahayanya kemudian, menjadi budaya negatif bagi bangsa ini.
Pesta telah usai. kini saatnya beres-beres, membersihkan sisa-sisa bekas pesta, yang mungkin saja kusut masai. Lebih penting lagi, usai dilantik, segeralah bekerja, menjalankan amanat, menyejahterakan rakyat semesta, bukan hanya untuk kesejahteraan bagi kroni dan keluarganya saja. Bekerjalah sepenuh hati, tiada henti, hanya untuk rakyat dan bangsamu sendiri. Patriot sejati, tak akan berhenti berjuang dan bekerja untuk rakyat dan bangsanya. Kelak namamu dikenang, ditorehkan dalam relung-relung hati dan kalbu rakyat. “Kenang-kenanglah kami. Kami sudah coba yang kami bisa. Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa. Kami sudah beri jiwa yang kami punya”, demikianlah penggalan bait sajak Chairil Anwar tentang Perjuangan Para Patriot Bangsa.
Dalam perspektif agama, segala tindakan kita, kelak pada akhirnya dimintai pertanggungjawaban. Jika saja lolos di dunia, pasti tidak akan lolos di akhirat kelak. Bahwa jabatan dan kedudukan, adalah amanah. Untuk meraihnya, harus jujur, tidak melakukan risywah, atau suap,menyogok rakyat. Islam, jelas melarang politik uang, dalam bentuk suap atau risywah. Dalam kaitan ini, apabila jabatan diperoleh dengan jalan halal, dan apabila mampu menunaikan amanah dengan baik, dijanjikan surga. Sebaliknya, jika amanah disalahgunakan, doyan berbuat curang, apalagi menipu rakyat, maka neraka menanti anda. Sebagaimana sebuah hadis yang diriwayatkan muslim bahwa “barangsiapa diberi beban oleh allah untuk memimpin rakyatnya, lalu mati dalam menipu rakyat, niscaya allah mengharamkan surga, atasnya”. Jelas kiranya, bagi pemimpin yang amanah, tegak berdiri di atas kepentingan rakyat, adil dan tidak berlaku curang, bukan saja kemulyaan dan ketenteraman hidup di dunia yang anda raih, tetapi juga selamat di kehidupan abadi, di akhirat kelak.
Saksikan Tayangan Editorial tvMu 'Surga-Neraka Kepala Daerah'
Comments (0)